Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbad hafizhahullah berkata :
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan-Nya subhanahu wa ta’ala dengan perbuatan-perbuatan hamba, seperti halnya doa, takut, harap, tawakal, isti’anah/minta pertolongan, istighotsah, menyembelih, dan lain sebagainya dari perbuatan hamba.
Maka wajib atas mereka untuk menujukan semua itu untuk Allah semata, tidak mempersekutukan bersama Allah siapa pun dalam beribadah kepada-Nya. Sebagaimana tiada pencipta selain Allah, tiada yang menghidupkan selain Allah, tiada yang mematikan selain Allah, maka sesungguhnya tiada sesembahan yang benar/berhak disembah selain Allah.
(lihat Min Kunuz Al-Qur’an Al-Karim, Kutub wa Rasa’il [1/149])
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata :
Tauhid uluhiyah itu adalah ilmu dan pengakuan bahwa Allah yang memiliki sifat uluhiyah/ketuhanan dan ubudiyah/berhak disembah oleh seluruh makhluk-Nya, mengesakan Allah semata dalam ibadah semuanya, dan memurnikan agama/amal untuk Allah saja.
Jenis tauhid yang terakhir ini melazimkan dan mengandung kedua jenis tauhid yang pertama -rububiyah dan asma’ wa shifat-. Karena sifat uluhiyah ini mencakup semua sifat kesempurnaan dan semua sifat rububiyah dan keagungan.
Maka sesungguhnya Allah lah yang berhak disembah dan diibadahi karena sifat-sifat keagungan dan kemuliaan yang ada pada-Nya, dan juga disebabkan berbagai keutamaan dan kenikmatan yang dilimpahkan oleh-Nya kepada segenap makhluk-Nya. Maka keesaan Allah dalam hal sifat-sifat kesempurnaan dan dalam perkara rububiyah-Nya melazimkan/memberikan konsekuensi bahwa tidak berhak disembah siapa pun selain diri-Nya.